Selamat Datang di Blog Paroki Lubang Buaya Gereja Kalvari dan Gereja Sta. Catharina - Jakarta Timur
Dekanat Bekasi - Keuskupan Agung Jakarta

15 Oktober 2017

100 tahun Penampakan Bunda Maria di Fatima

Jumat 13 Oktober 2017 di Gereja Santa Catharina di adakan acara Peringatan 100 tahun Penampakan Bunda Maria di Fatima. Diikuti oleh umat dari Paroki Lubang Buaya, Jakarta Timur.





SILAHKAN DI KLIK : LIHAT VIDEO YOUTUBE





Tiga remaja di Fatima yang mendapat anugerah penampakan Bunda Maria pada tahun 1917. (ist)
13 Oktober: Penampakkan Bunda Maria Ratu Rosario di Cova de Iria, Fatima, Portugal (the Miracle of the Sun). “Dignare me laudare Te, Virgo Sacrata”.

Bagi orang-orang yang percaya takhayul, angka 13 adalah angka yang sial. Tapi bagi kita umat beriman, angka 13 punya makna iman dan devosi Maria. Pada bulan ini, tanggal 13 Oktober 1917, Bunda Maria Ratu Rosario datang menampakkan dirinya di Fatima (Cova de Iria) di hadapan ketiga gembala kecil yakni Francisco, Jacinta dan Lucia, dan di hadapan 70.000 orang dari berbagai kota di Portugal yang datang untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan Bunda Maria. Di antara mereka ada kelompok bangsawan, insinyur, dokter-dokter, notaris,  dan tentu saja para wartawan dan fotografer.

Pada tautan  di bawah ini kita dapat menyaksikan foto-foto peristiwa iman yang membuat kita bersyukur sebagaimana dimuat dalam majalah Ilustração Portugueza (No. 610, Outubro 29, 1917, 18-20)

Silahkan di klik link dibawah ini :





Dari langit yang seluruhnya tertutup awan, turun hujan yang amat deras. Francisco, Jacinta dan Lucia, ketiga gembala kecil penerima karunia penampakkan. Mereka mulai berdoa rosario. Pada siang hari, meskipun hujan terus turun, Lucia memerintah orang-orang untuk menutup payung mereka dan semua menurut. Beberapa saat kemudian muncul sang “Bunda”, lebih bercahaya daripada sebelumnya. Semua orang melihat sebuah awan putih mengelilingi mereka.

Lucia bertanya: “Siapakah engkau dan apakah yang kau kehendaki daripadaku?”.

Kali ini, Bunda Surgawi menjawab sebagai Ratu Rosario dan ingin agar di tempat itu dibangun sebuah kapel untuk menghormatinya. Ia berpesan lagi untuk keenam kalinya bahwa orang harus mulai berdoa rosario setiap hari, dan mengumumkan kepada Lucia bahwa beberapa orang yang sakit yang hadir di sana akan sembuh, lalu menutup berkata: “Manusia perlu bertobat, perlu memohon pengampunan atas dosa-dosanya”.

Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda Maria berbicara dengan suara yang mengiba: “Mereka tidak boleh lagi menghina Tuhan yang sudah begitu banyak kali dihina.”

Bunda Maria kemudian pergi ke pohon oak sebagai tanda penampakan berakhir. Awan hitam yang tadinya bagaikan gorden hitam menyingkir ke samping memberi jalan matahari untuk bersinar. Kemudian matahari mulai berputar, gemerlapan berwarna-warni, berhenti sejenak dan mulai berputar-putar menuju bumi. Orang banyak jatuh berlutut dan memohon ampun.

Sementara fenomena matahari terjadi, ketiga anak melihat suatu tablo Keluarga Kudus di langit. Di sebelah kanan tampak Ratu Rosario. Di sebelah kirinya St. Yosef menggandeng tangan Kanak-kanak Yesus dan membuat tanda salib tiga kali bagi umatnya. Menyusul visiun yang hanya tampak oleh Lucia seorang diri: Bunda Dukacita bersama Tuhan berdiri di sampingnya dan Bunda Maria dari Gunung Karmel dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya. Matahari meluncur seolah-olah akan menimpa orang banyak, tiba-tiba ia berhenti dan naik kembali ke tempatnya semula di langit.

70,000 orang yang berkerumun di Cova itu menyadari bahwa pakaian mereka yang tadinya basah kuyub oleh hujan lebat, tiba-tiba menjadi kering. Demikian pula tanah yang tadinya becek dan berlumpur akibat hujan tiba-tiba menjadi kering. Mukjizat matahari selama 15 menit itu disaksikan bukan hanya oleh orang-orang di Cova da Iria saja, tetapi juga oleh banyak orang di sekitar wilayah itu sampai sejauh 30 mil.

Sumber : Sesawi.net



PERSEMBAHAN KUDUS JAKARTA​ 

DEVOSI PEMULIHAN HATI MARIA TAK BERNODA